Ekonomi

Menko Perekonomian RI Airlangga Hartarto Cucu Pejuang Kemerdekaan yang Terus Berjuang

Minggu, 18 April 2021 - 11:23
Menko Perekonomian RI Airlangga Hartarto Cucu Pejuang Kemerdekaan yang Terus Berjuang Menko Airlangga Hartarto. (FOTO: Kemenko Perekonomian for TIMES Indonesia)

TIMES PURWAKARTA, JAKARTA – Musim pandemi Covid belum juga berakhir sejak awal Maret 2020 diumumkan masuk Indonesia. Pejabat Pemerintah Indonesia pun dibuat sibuk dengan pandemi ini. Salah satu yang paling sibuk adalah Menko Perekonomian RI Airlangga Hartarto.

Menko Airlangga bisa dibilang super sibuk di tengah musibah pandemi Covid-19 itu. Ia menduduki jabatan sentral pada poros yang paling terdampak. Yakni perekonomian.

Presiden Joko Widodo pun menunjuk Ketua Umum Partai Golkar ini memikul jabatan sebagai Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN).

Diketahui, sebelum mengemban amanah sebagai Ketua Umum Partai Golkar, Menko Perekonomian, dan Ketua KPC-PEN, Airlangga Hartarto juga pernah menjabat sebagai anggota DPR RI dua periode. Dan pada periode pertama Presiden Jokowi, dia dipercaya sebagai Menteri Perindustrian.

Jabatan Menteri Perindustrian adalah jabatan ayahnya, Ir. Hartarto Sastrosoenarto pada masa era Presiden Soeharto. Hartarto Sastrosunarto, pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian pada Kabinet Pembangunan IV (1983-1988) dan Kabinet Pembangunan V (1988-1993). Lalu Menteri Koordinator bidang Produksi dan Distribusi pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998).

Airlangga Hartarto lahir di Surabaya, 1 Oktober 1962 dari pasangan Hartarto Sastrosoenarto dan R. Hartini Soekardi. Meski lahir di Surabaya, dia meneruskan sekolah menengahnya di SMA Kolese Kanisius Jakarta. Dia dikenal sebagai pribadi yang aktif. Saat di SMA, dia menjadi ketua OSIS.

Airlangga adalah sosok yang sukses pada bidang pendidikan, dunia usaha, dan politik. Dia juga merupakan keturunan pejuang kemerdekaan.

Airlangga merupakan salah satu cucu dari tokoh tanah sunda. Seoranh tokoh pejuang kemerdekaan asal Sukabumi Jawa Barat, yakni R.H. Didi Sukardi. Nama Didi Sukardi diabadikan menjadi nama sebuah jalan di Sukabumi.

Airlangga sendiri adalah putra dari R. Hartini Sukardi (putri Didi Sukardi) dan Hartarto Sastrosunarto. Masyarakat setempat menganggap bahwa Didi Sukardi adalah salah satu tokoh yang patut dihargai dengan melihat jasa-jasa beliau memperjuangan peningkatan taraf hidup rakyat Sukabumi. 

Dia terus berusaha memajukan daerah Sukabumi dan terus memberikan kontribusi yang terbaik, serta memiliki keyakinan bahwa berjuang dan berkarya untuk mencapai hasil besar justru harus dimulai dari hal yang kecil.

Menurut artikel dari Dr. Yuda Benharry Tangkilisan yang berjudul "R.H. Didi Sukardi and The Negara Pasundan: A Nationalist In The Federal State During The Indonesia Revolution 1945-1949", kakek Airlangga itu merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh terutama bagi Sukabumi.

Didi Sukardi merupakan tokoh masyarakat Sukabumi terutama saat masa revolusi fisik dalam mempertahankan kemerdekaan. Dia merupakan tokoh nasionalis di kancah negara federal. Ini dapat dilihat dari pemikiran nasionalistik yang terdapat dalam pidato-pidatonya.

Didi Sukardi sendiri awalnya seorang pengusaha perkebunan. Akhir tahun 1920, dia juga menjadi Dewan Kabupaten Sukabumi. Kemudian dia juga menjadi ketua cabang dari Paguyuban Pasundan.

Sebelum kedatangan Jepang, Didi Sukardi sempat menjadi pemimpin dari Partai Indonesia Raya dan juga Gabungan Partai Politik Indonesia (GAPI). Ketika zaman pendudukan Jepang, dia menjadi petugas penghubung dari Pembela Tanah Air (PETA).

Ketika proklamasi kemerdekaan, dia berada di Sukabumi. Dia kemudian menjadi anggota Komite Nasional Indonesia di Sukabumi. Komite ini memiliki kontribusi terhadap ide mengirim delegasi ke pemerintahan militer Jepang di Bogor.

Dia bernegosiasi dengan penguasa Jepang dari syuchokan tentang permintaan untuk transfer kekuasaan kepada republik baru. Jepang merespon permintaan dengan kebijakan mempertahankan status quo, yaitu hanya mengikuti perintah negara-negara sekutu. Akibatnya pecah pertempuran Bojongkokosan.

Setelah perang berakhir, Didi Sukardi diangkat menjadi Menteri di Negara Federal Pasundan. Setelah Indonesia kembali menjadi negara kesatuan, dia menjadi anggota Dewan Konstituante.

Dari banyak pemberitaan, Airlangga Hartarto diketahui beberapa kali berziarah ke pemakaman kakeknya itu, di TPU Ciandam, Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi.

Salah satu paman Airlangga dan juga anak Didi Sukardi adalah Letkol Edi Sukardi. Letkol Edi tercatat sebagai pemimpin dalam pertempuran Bojongkokosan yang terjadi di Sukabumi, 9 Desember 1945. Pertempuran Bojongkokosan diperingati sebagai Hari Juang Siliwangi.

Dalam pertempuran Bojongkokosan, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan berbagai spektrum laskar rakyat, baik kiri maupun kanan, mencegat tentara Inggris. Sebanyak 73 anggota TKR gugur, begitu juga lebih dari 80 orang tentara Inggris tewas.

Letkol Edi pensiun dini dari dinas ketentaraan pada tahun 1957. Dia meninggal dunia di Bandung, 5 September 2014 dalam usia 98 tahun. Letkol Edi tidak kenal lelah membantu kehidupan para veteran pertempuran Bojongkokosan.

Dengan latar belakang cucu tokoh pejuang kemerdekaan, Menko Perekonomian RI Airlangga Hartarto pun menyiapkan jiwa raga untuk bangsa Indonesia sebagaimana kakeknya. Terutama terus berjuang menghadapi pandemi Covid-19. (*)

Pewarta :
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Purwakarta just now

Welcome to TIMES Purwakarta

TIMES Purwakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.